Kewingitan Gumuk Jimbrek, Salatiga sampai sekarang masih cukup diakui. Terutama bagi kalangan spiritualis dan ahli laku spiritual. Karenanya di tempat ini masih diyakini punya yoni untuk ritual khusus seperti ngalab berkah. Salah satu mitos yang masih dipatuhi masyarakat, bahwa gumuk angker ini adalah tempat wahana mistik menaikan pangkat para pejabat. Benarkah?

Keberadaan gumuk yang berada di Desa Sugihwaras, Salatiga ini sangat terkait dengan mitos dan kepahlawanan Pangeran Diponegoro. Disebut Gumuk, berarti gudukan tanah tinggi menyerupai bukit kecil. Sedangkan jimbrek, diidentikan dengan jembeg yang berarti becek dan kotor. Namun, pengertian ini lebih mendekati nuansa mistis sehingga kata lain disebut artian gumuk angker.

Cerita Gumuk Jimbreg, memang cukup menggiriskan warga sekitarnya. Betapa tidak ! mereka banyak yang percaya bahwa di lahan ini merupakan sarangnya bangsa dedemit. Hingga suatu waktu muncul siluman ular dan bangsa lelembut lainnya. Karena situasi wingit inilah beberapa warga petani yang berada di sekitar gumuk mengaku selalu dicekam rasa ketakutan, was-was, bahwa setiap kali kambingnya tiba-tiba lenyap bila masuk di areal ini.

Mitos kewingitan ini terkait dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Salatiga, diawali oleh keberadaan seorang tokoh yang bernama Ki Ajar Sampoerna. Namun menurut Eyang Karto, 65 tahun, juru kunci gumuk jimbrek, Ki Ajar adalah salah satu guru spiritual Bung Karno. Namun, versi lain ada yang menyebut tokoh ini adalah salah satu prajurit panglima perang Pangeran Diponegoro. Betulkah demikian?

Dikisahkan pada perang sakral (1835-1836) itu terjadi di wilayah Jateng secara keseluruhan. Pengeran Diponegoro menerapkan siasat bergerilya sehingga Belanda dibuat kocar-kacir. Hingga siasat licik Kapten Tack akhirnya berhasil menawan beliau dan dibuangnya dalam pengasingan.
Dan, mitos kekeramatan gumuk ini sampai sekarang masih sangat dipercayai oleh peziarah. Bahkan, ada semacam kepercayaan bahwah banyak yang nyadran di makam ini berhasil mencapai apa yang dimohonkan. Eyang Karto sendiri menegaskan jika keberhasilan para peziarah itu sudah tidak terhitung lagi.

Buktinya diantara peziarah banyak yang kembali untuk menggelar selamatan berupa menyembelih kambing di makam ini. Puncaknya, pada saat haul yang diadakan pada malam Suroan. “Peziarah yang berhasil akan datang ke tempat ini kembali sebagai tanda bahwa nadarnya telah terkabul,” kata Eyang Karto.

Bapak tua yang satu keluarganya hidup diabdikan untuk merawat wasilah ini menyebutkan jika tujuan para peziarah ini sangat beragam. Ada yang hanya lelaku batin artinya cuma mencari solusi berupa ketenangan baru, untuk penyembuhan penyakit, laku spiritual sebagai tuntutan seorang musyafir. Namun, ada juga yang meminta agar diberi kesuksesan dalam berkerja, disayang atasan, dan cepat naik pangkat dalam meniti karirnya.
Namun, umumnya para pelaku spiritual mempercayai bawha makam ini khusus untuk berburu berkah bagi calon pejabat dan pengusaha. “Para peziarah yang lelaku di sini syaratnya cuma sederhana saja. Cukup membawa kembang telon dan dupa. Biasanya mereka ini puasa minimal sehari semalam. Sambil berdoa di makam sesuai dengan maksud dan tujuannya,” ujarnya.

Ritual ini dipercayai sebagai bentuk komunikasi gaib pelaku pada penghuni makam. “Maka lewat kemapunya ilmu himah Ki Ajar dan Eyang Diponegioro dan Bung Karno mudah-mudahan berkah itu bisa terkabulkan,” tambahnya Eyang Karto. (ais)http://misterionline.com/
 
Top